Seorang lelaki yang biasa saja sederhana tak lebih hanya
itu. Lelaki itu Fulan namanya,
Lelaki itu hidup dengan di belenggu sesuatu, sesuatu ini membelenggunya karna
dirinya, dirinya yang sederhana, dirinya yang polos, dirinya yang hanya
mengikuti, itulah dirinya. Masih terngiang betul dalam
benaknya saat dulu, saat masih imut dan menggemaskan kata ibunya sambil menyuruh
membeli bawang.
Hal ini berawal saat dimulai pelajaran
elektro. Disitu ada Fulan, dia kelas 1 SMP yang baik kata dirinya sendiri, dan
ada kurang lebih 30 siswa lainnya. Fulan duduk disamping temannya, Naufan, Naufan merupakan anak yang keren kata perempuan tapi
tidak menurut Fulan karna masih keren dia. Saat itu sedang ada praktik elektro
namanya, yang karena hal ini Fulan dan teman – temannya harus membawa solder
dan timah. Awalnya biasa saja, lama kelamaan menjadi ramai dan ramai. Guru pun
keluar dari kelas, mungkin karna pusing juga malas. suasan menjadi semakin ramai, ramai pokoe, merdeka!
Fulan juga ikut meramaikannya, karena ia dijahili oleh temannya, ia pun tidak tinggal dan diam. Awalnya Fulan melihat
sebuah solder yang tidak berdaya, kesepian, tanpa selimut... dilihatnyalah Naufan disisinya. Dengan hati yang riang dan semangat ia tidak berpikir panjang, Fulan langsung mengambil
solder itu dan menjahili Naufan. Jahil yang ia lakukan adalah dengan
menempalkan solder yang dikiranya dingin
ke tangan temannya, dengan
motif hanya untuk mengagetkan, lalu tertawa bersama. Akhirnya hal itu ia lakukan dan
langsung menempelkannya ke tangan Naufan, ia
berkata “ Awas Panas”, diiringi mata yang berbinar
binar tanda senang. Fulan baru menyadari ada hal yang ganjil, kenapa
Naufan hanya diam dan termenu, tanpa suara...
bagai semut sedang kawin.
Ternyata baru ia sadari solder yang
kiranya dingin ternyata berubah
menjadi panas, bukan berubah tapi memang.... saat
ia sadari itu, lalu ia tertawa sejenak karna naufan terkejut, terkejut beneran,
tanpa senyum...
Setelah hal itu terjadi Naufan hanya terdiam hening, tanpa jeritan dan tawa, hanya tertawaan dan rasa
kasihan Fulan yang terdengar. Fulan sungguh menyesalinya sebari tertawa.
Singkat setelah guru datang Fulan langsung gelisah, karena takut rintihan
Naufan akan terdengar guru. Setelah
hal itu terjadi, Fulan langsung mengeluarkan topengnya dengan berkata “ Fan,
hampura Fan, udah jangan nangis Fan”, Naufan diam. Akhirnya, guru pun pergi dan
Fulan pun berangsur – angsur merasa dosanya telah hilang. Masih ingat betul
dalam pikirannya bagaimana luka yang diderita naufan, berwarna ungu kemerah
merahan, membentuk goresan yang menembus bagian epidermisnya. Terpikir olehnya
untuk menambah satu goresan lagi, agar seperti samurai X. Fulan menghiraukan
apa yang akan Naufan lakukan, dan katakan. Hari terus berlalu, dan nampaknya
mereka sudah seperti biasa seperti layaknya teman. Terus teringat dipikiran
Fulan agar membuatnya seperti Samurai X, tapi sudahlah kasian, tapi sepertinya keren....