Saya hanya memanggilnya dan meminta penggaris itu , " OOM (nama ibunya coy) penggaris urang" namun ia tidak menyahut, dan saya yakin bila aku bilang "OOM GOBLOK" ia pasti menyahut, saat aku ingin menoleh kembali ternyata ia melemparkan penggaris itu ke arah ku
dan walaupun aku seorang atlit shaolin (waduk ketong) aku tidak akan menyadari hal itu. Saya tidak merasakan bahwa penggaris itu sudah bertubrukan dengan kepalaku, aku hanya merasakan sakit dibagian kepala(sebenernya pengen nangis waktu itu tapi malu euy udah SMP) . Saya pun langsung menunduk karena pusing, setelah itu mengankat kepala,
kepalaku terasa dingin dan terasa seperti ada air ketuban yang mengalir dikepalaku, temanku
Ismail langsung memberitahukanku, bahwa kepalaku bocor katanya. Dengan
bersimbah darah di sekujur muka, aku berlari dengan gagahnya menuju PMR yang jaraknya tidak
jauh dari kelasku, tapi pintu PMRnya ternyata masih terkunci, Aku langsung memecahkan kaca PMR tapi karena aku lelaki pemberani aku mengurungkan niat itu, Saya cuma menunggu
beberapa saat didepan ruang PMR sebelum akhirnya masuk dan duduk didalam PMR. Saya pun langsung dikerumuni oleh banyak orang, dan mendengar dari kejauhan Pak
Radiks marah karena ia baru saja memberitahukan tentang melempar barang. Aku
hanya bisa duduk dengan kepala yang dicondongkan ke atas, karena darah yang
terus keluar. Pada saat – saat itu ternyata resletingku terbuka dan aku tidak
bisa menutupnya karena tanganku bersimbah darah, Sambil tertawa aku meminta
salah seorang temanku untuk menutupnya, aku langsung ditertawai oleh orang –
orang, tetapi darah itu tidak mau berhenti dan guruku pun langsung membawaku
menuju Rumah Sakit Cibabat dengan menggunakan mobilnya.
Saat aku telah memasuki mobil, temanku dengan wajah penuh menyesal meminta untuk ikut bersamaku. Saat diperjalanan, temanku itu bukannya menenangkanku malah berkata, aku bisa mati gara – gara kehabisan darah. Sesampainya di sana aku langsung disuruh tidur dan kepalaku yang terluka langsung ditekan – tekan dengan kapas, menggunting rambutku yang indah, menyuntik bokongku yang cantik, dan untung aku tidak dijahit, karena lukanya tidak terlalu besar. Aku melihat seorang nenek yang sudah tidak kencang lagi, kepalanya bocor dan terpaksa dijahit. Aku pun disuruh menunggu bersama temanku, guruku pun bertanya kepadaku, apakah mau pulang atau kesekolah lagi?, aku menjawab kesekolah, karena bukan gara - gara ingin belajar tapi dirumah tidak ada seorangpun disana. Aku pun berjalan menuju kelas dengan gagahnya dilengkapi jaket yang menutupi bajuku yang bersimbah darah. Guruku yang sedang mengajar pun berkata bahwa aku mempunyai semangat belajar, padahal dalam hati, aku ingin pulang tapi karena tidak ada siapa – siapa dirumah aku memutuskan untuk kesekolah.
Dan ini akibat dari kejadian ini aku menjadi motivator di salah satu acara tv swasta, Jangan lupa yah jam 2 malam di meteor TV kalo udah nongton kasih tau heueh soalnya kepingin nonton juga.
Saat aku telah memasuki mobil, temanku dengan wajah penuh menyesal meminta untuk ikut bersamaku. Saat diperjalanan, temanku itu bukannya menenangkanku malah berkata, aku bisa mati gara – gara kehabisan darah. Sesampainya di sana aku langsung disuruh tidur dan kepalaku yang terluka langsung ditekan – tekan dengan kapas, menggunting rambutku yang indah, menyuntik bokongku yang cantik, dan untung aku tidak dijahit, karena lukanya tidak terlalu besar. Aku melihat seorang nenek yang sudah tidak kencang lagi, kepalanya bocor dan terpaksa dijahit. Aku pun disuruh menunggu bersama temanku, guruku pun bertanya kepadaku, apakah mau pulang atau kesekolah lagi?, aku menjawab kesekolah, karena bukan gara - gara ingin belajar tapi dirumah tidak ada seorangpun disana. Aku pun berjalan menuju kelas dengan gagahnya dilengkapi jaket yang menutupi bajuku yang bersimbah darah. Guruku yang sedang mengajar pun berkata bahwa aku mempunyai semangat belajar, padahal dalam hati, aku ingin pulang tapi karena tidak ada siapa – siapa dirumah aku memutuskan untuk kesekolah.